Acara yang diikuti ratusan nahdliyin (warga NU) Sumut dan jemaah Majelis Taklim Darusshofa Medan ini diawali sholat maghrib berjemaah, tanya jawab keislaman, dan doa istighosah dipimpin Wakil Rois Syuriyah PWNU Sumut KH Hamdan Yazid. Sedangkan tausiyah maulid Nabi Muhammad disampaikan oleh Habib Jindan bin Novel bin Jindan dari Jakarta.
Hadir dalam acara itu, jajaran pengurus syuriyah dan tanfidziyah PWNU Sumut, di antaranya Wakil Rois Syuriyah PWNSU Sumut KH Abdul Baits Nasution yang juga Pimpinan Pesantren al-Ikhlas Mandailing Natal, KH Imron Ritongan, KH Asnan Ritonga, KH Abdul Hamid Ritonga, H Ali Jabbar Napitupulu, Abrar M Dawud Faza, H Mhd Hatta Siregar, H Adlin Damanik, H Enda Mora Lubis, H Khairuddin Hutasuhut, Emir El Zuhdi Batubara, dan H Sorimonang Rangkuti.
Habib Jindan menjelaskan secara detail seluk beluk akhlak Nabi Muhammad sehari-hari sehingga para pendengar merasakan kehangatan dan kedekatan dengan sosok Nabi Muhammad sebagai suri teladan yang dapat dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Habib Jindan berpesan, setelah baginda Nabi Muhammad tiada maka panutan umat seharusnya adalah ulama sebagai pewaris Nabi.
“Para ulama di mana pun dan kapan pun harus menjunjung tinggi ajaran Nabi Muhammad sehingga umat tidak sesat akibat adanya orang-orang yang pura-pura seperti para ulama yang tidak meneladani kehidupan Nabi Muhammad,” kata Jindan.
Dalam kesempatan itu, Wakil Rais Syuriyah PWNU Sumut KH Imron Hasibuan menyampaikan, NU adalah organisasi yang didedikasikan oleh para ulama untuk umat sehingga para ulama senantiasa berkhidmat demi kebaikan umat.
“Tidak ada ulama yang menyesatkan umatnya dan selalu berusaha menunjukkan jalan kebaikan kepada umat dalam mengarungi kehidupannya di dunia, namun tidak saja berkaitan dengan urusan dunia, termasuk dalam urusan akhirat yang berkaitan dengan seluk beluk ibadah,” tegas Imron.
Dia juga menegaskan, NU sebagai organisasi para ulama dan sesuai dengan khittahnya tidak boleh digunakan sebagai sarana politik. “NU bukan organisasi politik, karena politik sarat dengan kepentingan dan tujuan sesaat. Makanya NU harus di atas politik, yaitu membawa nilai-nilai universal Islam dalam politik dan membawa kebaikan bagi semua manusia,” tambah alumni Pesntren Musthafawiyah ini.
Sementara itu, Wakil Rois Syuriyah PWNU SU Sumut KH Abdul Baits Nasution didampingi pengurus jajaran syuriyah dan tanfidziyah kepada wartawan seusai istighosah mengatakan, PWNU Sumut sudah berbenah diri sebagai organisasi kemasyarakatan yang mandiri dan profesional. Terbukti pada tahun politik 2013 dan 2014 PWNU Sumut dapat menunjukkan independensinya di tengah kancah politik yang sarat dengan kepentingan-kepentingan.
“Saya dan nahdliyin-nahdliyat Sumatera Utara dapat berbangga dengan izin Allah, selama tahun 2013 dan 2014 yang lalu tidak ada satu pun pesta politik yang membawa simbol atau identitas NU untuk kepentingan pribadi atau kelompok tertentu. Tentunya ini membanggakan dan meningkatkan martabat dan wibawa NU di tengah-tengah masyarakat kita,”tegasnya.(HAM/MBB)