Van Basten lahir di Utrech, Belanda pada tanggal 31 Oktober 1964. Dia mulai bermain sepakbola sejak kecil dan ikut dalam klub junior di kotanya. Bakat hebatnya bermain sepakbola diasah langsung oleh ayahnya. Di usia 15 tahun, Van Basten muda sempat mengalami sakit luar biasa pada otot pahanya sehingga seorang dokter kenamaan menyarankan agar jangan bermain bola lagi di level tertinggi. Karena kecintaan pada sepakbola saran dokter tersebut diabaikannya.
Van Basten kembali bermain setelah sembuh. Luar biasanya permainan Van Basten malah semakin dahsyat. Permainannya itu ternyata terpantau pencari bakat klub besar Ajax Amsterdam. Akhirnya Van Basten pun meneken kontrak profesional pertamanya dengan Ajax pada tahun 1981. Tepat 1 Juli 1981, Van Basten memulai karirnya sebagai Ajacied (pemain Ajax) dengan gaji 500 gulden per bulan.
Dalam kurun waktu 6 tahun di Ajax, Van Basten sangat banyak mendapatkan arahan legenda Belanda sekaligus idolanya, Johan Cruyff. Cruyff membuat Van Basten lebih matang dalam memainkan peran sebagai striker. Sekali-sekali Cruyff berpesan agar Van Basten bermain lebih dalam atau kadang-kadang sebagai playmaker. Juara Eredivisie 4 kali, Top Skor 4 kali, Piala Winners, Piala KNVB dan beberapa gelar lain diraihnya bersama Ajax.
Kehebatan permainan Van Basten membuat Bos baru AC Milan, Silvio Berlusconi kepincut untuk mendatangkannya ke San Siro. Pada tahun 1987, Van Basten akhirnya berlabuh di Milan dengan status bebas kontrak. Kedatangan Van Basten sebenarnya kalah pemberitaan dengan kedatangan kompatriotnya, Ruud Gullit, yang menjadi pemain termahal kedua di dunia setelah Maradona.
Frank Rijkaard menyusul ke Milan pada tahun 1988. Marco Van Basten, Ruud Gullit dan Frank Rijkaard adalah Trio Belanda yang termasyhur permaianannya. Mereka bahu-membahu dengan pemain Italia seperti Franco Baresi, Paolo Maldini, Carlo Ancelotti dan Roberto Donadoni yang membuat Milan mendapat julukan The Dream Team kala itu di bawah pelatih Ariggo Sacchi.
Musim pertamanya di Milan tidak berjalan mulus – walau berhasil menjadi juara Serie A – akibat harus bersaing dengan Top Skor Serie A musim sebelumnya, Pietro Paolo Virdis. Ditambah lagi kakinya yang rapuh itu kambuh lagi sehingga tidak banyak pertandingan yang dimainkannya. Jarang tampil di Liga tak membuat pelatih Tim Nasional Belanda, Rinus Michels mengabaikannya. Van Basten tetap dipanggil ke Timnas Belanda untuk Euro 1988.
Beruntungnya Van Basten, karena jarang bermain di klub menjadikan kondisi fisiknya lebih oke dibandingkan penyerang Belanda lainnya. Van Basten menjadi bintang di Euro’88. Hattrick lawan Inggris, gol kemenangan di semifinal lawan Jerman Barat dan sebuah gol spektakuler (hanya kalah indah dari gol Maradona 1986) ke gawang Uni Sovyet mengantarkan Belanda meraih gelar Internasional pertamanya.
Di Milan juga Van Basten semakin ganas, Piala Champions, Piala Super Eropa dan Piala Toyota 1989 dan 1990 diberikannya untuk Milan. Serie A 4 kali dan dua kali top skor diraihnya bersama Milan. Ballon D’Or 3 kali dan Pemain Terbaik Dunia FIFA 1992 pun singgah digenggamannya.
Malang bagi Van Basten ketika berhadapan dengan IFK Goteborg di Piala Champions. Setelah menjadi orang pertama yang mencetak 4 gol dalam satu pertandingan Piala Champions (rekor yang dipecahkan Lionel Messi 20 tahun kemudian dengan 5 gol) dan salah satunya dengan salto, Van Basten pun mengalami cebera engkel yang membuatnya absen panjang dari sepakbola. Sempat bermain 4 pertandingan lagi 6 bulan kemudian setelah itu Van Basten cederanya memaksanya meninggalkan lapangan hijau sebagai pemain di usia 29 tahun walau masih terdaftar sebagai pemain Milan sampai 1995. Perpisahannya dengan Milan sangat mengharukan.
Van Basten adalah tipe striker modern yang tidak hanya mampu membuat gol tetapi mampu juga bermain lebih dalam. Van Basten adalah pemain sepakbola dengan naluri mencetak gol terhebat sepanjang sejarah (opini penulis-red). Ada beberapa pemain yang disebut-sebut mendekati naluri mencetak gol Van Basten diantaranya Andriy Shevchenko, Zlatan Ibrahimovic dan Ruud Van Nistelrooy.
Setelah pensiun, Van Basten sempat menjadi pelatih beberapa tim seperti Ajax junior, Ajax, Heerenveen dan Tim Nasional Belanda. Prestasi kepelatihannya tidak semengkilap saat dia menjadi pemain dahulu.
KARIR DAN PRESTASI :
AJAX (1981 – 1987)
- Main 172 dan Gol 152
- Eredivisie 1982, 1983 dan 1985
- Piala KNVB 1983, 1986 dan 1987
- Piala Winners 1987
- Top Skor Eredivisie 1984, 1985, 1986 dan 1987
- Sepatu Emas Dunia 1986
- Sepatu Emas Eropa 1986
- Sepatu Perak Eropa 1984
- Pemain Terbaik Belanda 1985
AC MILAN (1987 – 1995)
- Main 201 dan Gol 124
- Serie A 1988, 1992, 1993 dan 1994
- Piala Super Italia 1988, 1992, 1993 dan 1994
- Piala Champions 1989, 1990 dan 1994
- Piala Super Eropa 1989 dan 1990
- Piala Toyota 1989 dan 1990
- Top Skor Serie A 1990 dan 1992
- Top Skor Piala Champions 1989
- Ballon d’Or 1988, 1989 dan 1992
- Pemain Terbaik UEFA 1989, 1990 dan 1992
- Pemain Terbaik Dunia versi FIFA 1992
- Pemain Terbaik Dunia versi World Soccer 1988 dan 1992
- UEFA Euro 1988
- Top Skor UEFA Euro 1988
- Pemain Terbaik UEFA Euro 1988
by.
Riza Lubis
3 COMMENTS
[…] mengingatkan kita kepada seorang Johan Cruyff dan Trio Belanda (Ruud Gullit, Frank Rijkaard dan Marco van Basten) namun di pertandingan pagi tadi gol sundulan spektakuler Robin van Persie seakan mengingatkan kita […]
[…] Arrigo Sacchi yang belum punya banyak pengalaman dan mendatangkan pemain seperti Ruud Gullit, Marco van Basten dan Carlo Ancelotti. Frank Rijkaard melengkapi skuad Sacchi di tahun 1988 sehingga terbentuklah […]
wah keren, sangat bermanfaat, makasih