Mimpi itu dimulai pada 6 April 2015 saat ku berjalan kaki menuju Kementerian Perhubungan RI di Merdeka Barat, Jakarta. Aku datang guna memenuhi panggilan tugas sebagai abdi negara yang baru. Dengan seragam putih-hitam, Aku berjalan dengan gagah menunjukkan sisa-sisa kejayaan sebagai Putra Matauli.
Setelah disambut Menteri Perhubungan, kami langsung diserahkan ke Pusat Pendidikan Infanteri (Pusdikif) di Cipatat. Kami disambut patung infanteri yang diresmikan oleh bapak kami, (alm) Feisal Tanjung (hormatku selalu Jenderal) yang membuatku seperti kembali ke 20 tahun yang lalu. Kaporlap dibagi, kelas dibagi, barak dibagi, handphone disita dan kepalapun dibotak.
Basis dimulai!!
Telapak kakiku langsung hancur akibat sepatu yang terlalu kecil. Dengan kaki cedera kuikuti semua kegiatan. Senam pagi, Apel pagi, PBB / Permildas, PPM, olahraga, BDM, Mountenering, Caraka malam sampai dengan Apel malam kuikuti semua (walau dalam hati kadang terasa dongkol). Hanya satu kegiatan yang dilarang kuikuti karena kelebihan berat badan yaitu Hanmars. Aku ingin ikut tetapi dilarang, gantinya aku bersama yang lain jalan keliling lapangan sebanyak 20 keliling. Sedih kurasa. Hatiku menangis. Ternyata aku bukanlah Riza yang dulu lagi.
Tak jarang kami dikerjai atau ditindak oleh pelatih. Jalan jongkok, tiarap, merayap, guling-guling dan dijemur di Kartika santapan kami sehari-hari. Paling sedih ketika disuruh tiarap, guling-guling dan merayap di atas lintasan lari tanah liat saat hujan turun dengan derasnya padahal seragam yang dipakai merupakan satu-satunya yang tertinggal dan terpaksa harus dipakai lagi paginya walaupun dalam keadaan basah.
Hari demi hari di Cipatat kulalui dengan sangat membosankan dan tiada semangat dalam dada ini. Tiada keikhlasan. Lari 2400 m hanya mampu kutempuh dalam 19 menit yang biasanya mampu kutempuh dalam 11-12 menit saja. Ya Allah! Memang aku bukan Riza yang dulu lagi.
Semangatku baru timbul kembali saat kami bertolak ke Ciwidey dalam tiga hari terakhir. Dinginnya Ciwidey lebih bergairah daripada panasnya Cipatat. Wira Tangkas di CBC, jalan jauh mengitari kebun teh dan kemah menggigil di Brusel mengantarkan kami ke Situ Patenggang tempat acara puncak digelar.
Api unggun yang khidmat dan bernafas dalam lumpur Patenggang menjadi rangkaian penutup mendapatkan pin Perhubungan dan brevet Wira Tangkas yang akan kami kenakan pada seragam Kementerian Perhubungan.
Aku merasa terlahir kembali. RZ113 is back! Riza Lubis telah kembali dalam 21 hari.
Minggu, 26 April 2015, setelah penutupan orientasi kami bertolak ke PPSDMAP di Semplak Bogor untuk mengikuti Prajabatan dengan situasi dan kondisi yang sangat bertolak belakang dengan Cipatat.
Tidur nyaman, makan enak tak dipaksa dan dapat bersosialisasi lebih dengan teman-teman yang 248 orang. Kegiatan kuikuti dengan lebih dewasa dan lebih semangat apalagi kulihat teman-teman yang berusia jauh lebih muda dariku. Spirit yang ada pada mereka itu membuatku serasa muda kembali.
Memang ada Kopassus yang mengawasi kegiatan kami sehari-hari khususnya senam pagi, apel pagi, apel malam, apel bendera dan makan tetapi kegiatan fisik tidak seberapa walaupun teman-teman banyak yang mengeluh terutama dengan pelatih Lubis. Pelatih Lubis ini ternyata masih kerabat jauhku yang membuatku enjoy mengikuti kegiatan.
Kondisi yang dinamis di PPSDMAP ini membuka mataku ternyata 248 orang teman-temanku ini merupakan orang yang hebat-hebat sebagai generasi penerus insan perhubungan. Hampir sebulan kami di Semplak ini untuk kemudian kami harus beraktualisasi di tempat magang yang ditunjuk selama 14 hari.
Dari 20 Mei s/d 8 Juni 2015 merupakan waktu bagi kami mengenal dunia nyata Kementerian Perhubungan dan isi kantong mulai terasa semakin menipis kerna perputaran ekonomi yang belum jelas sehingga membuatku rindu kembali ke Semplak.
Kembalilah kami ke Semplak untuk mengikuti Diklat Teknis Transportasi. Di satu sisi aku gembira namun di sisi lain aku sedih karena senam pagi dan apel bendera ditiadakan padahal kegiatan itulah salah satu yang membuatku semangat. Apalagi pada 18 Juni 2015 masuk bulan Ramadhan, apel malam pun turut ditiadakan namun kami dapat penggantinya dengan shalat taraweh bersama-sama.
Kesedihanku semakin menjadi-jadi di bulan Ramadhan ini persis seperti menjelang lulus-lulusan Matauli dulu. Kebersamaan kami tak lama lagi akan berakhir dan kami pun akan berpencar ke seluruh penjuru nusantara untuk mengabdikan diri pada negara Indonesia tercinta ini.
Puncaknya pada 25 Juni 2015 rangkaian diklat kami ditutup oleh Menteri Perhubungan, Ignasius Jonan, yang berarti kami harus kembali ke penempatan masing-masing. Gembira bercampur sedih, martata tangis (kata orang kami), menyelimutiku melihat kami akan berpencar-pencar. Aku sedih karena 248 teman-temanku inilah pembangkit semangatku dan mengembalikan Riza Lubis di usia uzur ini namun aku tetap gembira karena kami semua akan kembali ke dunia nyata yang sebenarnya.
Pagi ini, Jum’at, 26 Juni 2015, jam 04.00 WIB, aku bangun untuk makan sahur dan seterusnya shalat subuh. Aku bangun dari mimpi panjang 80 hari. Jika kusebut mimpi ini adalah mimpi buruk mungkin inilah mimpi buruk yang terindah bagiku. Kusebut mimpi karena hanya sementara dan bukan impianku, impianku adalah sukses dan indah di dunia nyata.
Dunia nyataku telah kembali dan aku akan mulai berlari untuk meraih impianku. Gajah selalu ingat dan Mata tak pernah bohong selalu menyertaiku ke mana saja.
*buat teman-temanku yang sempat membacanya
Wassalam
Riza Lubis
6 COMMENTS
kenangan yg tidak akan pernah kamu lupakan yah…petik hasilnya,ambil manfaatnya dan terapkan dalam kehidupan kamu kedepan….ingat kata kata ini….berpura pura berbuat menjadi orang baik..salam dari pelatih fenomenal….brussel menggigil..
selamat pak semoga menjadi abdi negara yang amanah dan succes
Sedih atau pahit, senang atau gembira pada masa itu adalah simulasi keadaan nanti… sy merasakan pelatihan di cipatat, yang dulu membuat jengkel dan marah,, tapi berdampak positif saat ini, mengingat mentalitas sdh dilatih, dan ketika real masuk ke instansi,, tdk mudah putus asa dan semangat dalam bekerja…
Mission Accomplised
pengalaman berharga
wah pengalaman yg tidak bisa di lupakan