Pagi dini hari tadi (14/06/2014) kita telah sama-sama menjadi saksi bagaimana Belanda membantai juara bertahan Spanyol dengan skor telak 5 – 1. Kekalahan ini merupakan kekalahan terbesar Spanyol dalam kurun waktu 51 tahun terakhir. Strategi apa sebenarnya yang diterapkan Belanda sehingga dapat membantai Spanyol 5 – 1 ?
FORMASI 3-4-1-2 (KESEIMBANGAN ALA VAN GAAL)
Louis van Gaal menurunkan skuad Belanda dengan formasi 3-4-1-2 menghadapi Spanyol dengan formasi terbuka 4-3-3. Tiga bek tengah Belanda yang diisi Vlaar, de Vrij dan Martins Indi sukses secara bergantian menghentikan pergerakan Diego Costa sepanjang pertandingan. Hanya satu kesalahan de Vrij di kotak penalti menjatuhkan Costa sehingga Spanyol dapat unggul terlebih dahulu melalui Xabi Alonso. Ketika Torres dan Pedro dimasukkan pun tidak bisa membuat perubahan.
Dua bek sayap Belanda, Janmaat di kanan dan Blind di kiri sangat fleksibel dalam mengatur pergerakan bertahan maupun menyerang. Silva dan Iniesta mati kutu menghadapi mereka. Di sisi kanan Vlaar sering membantu Janmaat dan di sisi kiri Martins Indi sering membantu Blind dalam bertahan mematikan pergerakan pemain-pemain Spanyol di sayap. Setiap berhasil menghadang pemain Spanyol Janmaat dan Blind dengan cepat mendistribusikan bola untuk serangan balik yang cepat. Gol sundulan spektakuler van Persie dan gol pertama Robben lahir dari skenario ini. Aktornya adalah Blind. Blind dengan cerdik memberikan bola lambung terukur kepada van Persie yang lolos dari kawalan bek Spanyol dan membuat gol spektakuler (bisa masuk gol terbaik Piala Dunia). Blind juga dengan cepat memberikan bola ke Robben sehingga Robben dapat memperdaya Casillas.
Di lapangan tengah, van Gaal menurunkan dua gelandang petarung N. de Jong dan J. de Guzman / Wijnaldum plus Sneijder sebagai playmaker. Komposisi ketiga orang ini berhasil mengimbangi Xavi, Alonso dan Busquets. Menarik untuk dilihat adalah pergerakan Sneijder. Saat bertahan Sneijder langsung cepat mensejajarkan diri dengan de Jong dan de Guzman / Wijnaldum ditambah fleksibilitas Janmaat dan Blind dalam bertahan seakan-akan formasi Belanda berubah menjadi 5-3-2, sehingga pergerakan para pemain Spanyol kelihatan terkurung dan susah mencari ruang bebas apalagi di babak kedua Spanyol hanya punya satu peluang melalui Torres. Sebaliknya pada saat menyerang, Sneijder dengan cepat juga berkolaborasi dengan Robben dan van Persie sehingga seakan- akan ada tiga penyerang kreatif (formasi menjadi 3-4-3) yang mengacak-acak pertahanan Spanyol.
Di bagian penyerangan, Robben dan van Persie sukses melaksanakan tugasnya dengan masing-masing mencetak dua gol. Robben dan van Persie, dua-duanya, adalah pemain kidal dengan teknik dan kecepatan mumpuni untuk mengobrak-abrik pertahanan Spanyol. Gol-gol yang dibuat van Persie menujukkan kecerdasan van Persie dalam mencari posisi bagus untuk mencetak gol. Sedangkan gol-gol yang dibuat Robben terlahir dengan cara yang hampir sama dengan mengecoh Ramos, Pique dan Casillas sebelum menceploskan bola ke gawang Spanyol. Ketika Jermaine Lens masuk ke lapangan pun, bobot teknik dan kecepatan tidak berkurang.
VAN GAAL 2014 DAN VAN GAAL 1995
Ketika van Gaal membawa Ajax juara Liga Champion 1995, dia menerapkan formasi 3-4-3 dengan 3 bek tengah, 4 gelandang diamond, 2 penyerang sayap dan 1 striker murni. Saat membantai Spanyol, formasi 3-4-1-2 dengan 3 bek tengah, 2 bek sayap, 2 gelandang + 1 playmaker dan 2 penyerang diyakini sebagai modifikasi taktik dari Ajax 1995.
Saat 1995, van Gaal mempercayakan 3 bek tengah kepada Reiziger, Danny Blind (ayah dari Daley Blind) dan F. de Boer. Saat ini posisi itu diisi oleh Vlaar, de Vrij dan Martins Indi dengan sistem bertahan yang sama.
Saat 1995, van Gaal memainkan 4 gelandang berformasi diamond (1-2-1). Rijkaard/Davids pada gelandang bertahan, Seedorf/Davids dan R. de Boer gelandang tengah dan Litmanen/R. de Boer sebagai gelandang serang. Dengan bentuk diamond ini pemain lawan langsung dimatikan sebelum memauki pertahanan sendiri. Saat ini formasi diamond dimodifikasi menjadi 2 bek sayap dan 2 gelandang tengah. Modifikasi ini difungsikan untuk memperkuat pertahanan dengan membentuk zona kurungan di daerah sendiri, jika bola berhasil dihalau melalui keempat gelandang inilah serangan dibangun dengan cepat. Janmaat dan Blind di bek sayap. De Jong dan de Guzman sebagai gelandang tengah petarung.
Saat 1995, van Gaal memainkan 3 penyerang sekaligus yang diisi Finidi dan Overmars sebagai penyerang sayap serta Kluivert/Kanu sebagai striker murni. Dengan komposisi itu otomatis penyerangan lebih terfokus pada sayap dengan mengandalkan akselerasi dan kecepatan. Siapapun yang ada di kotak penalti lawan (baik gelandang maupun striker) harus siap menerima bola silang dari sayap tersebut. Saat ini 3 penyerang dimodifikasi menjadi 1 playmaker dan 2 penyerang. Sneijder sebagai playmaker yang fkesibel menyerang dan bertahan. Robben dan van Persie sebagai penyerang yang mengobrak-abrik pertahanan lawan dengan teknik dan kecepatan mereka. Jika 1995, Finidi dan Overmars menerobos lewat sayap, saat ini Robben dan van Persie menerobos lewat tengah sementara operasional sayap dilakoni oleh dua bek sayap yang kadang-kadang ikut menyerang.
Saat 1995, di bawah mistar van Gaal punya Edwin van der Sar. Saat ini van Gaal mempunyai Jesper Cillessen. Penampilan Cillessen pagi tadi cukup untuk mengingatkan kita pada aksi van der Sar dulu. Uniknya mereka sama-sama dari Ajax dan berumur 25 tahun.
DEJAVU DENGAN PARA LEGENDA
Jesper Cillessen mengingatkan kita pada sosok Edwin van der Sar di posisi penjaga gawang. Daley Blind (bek sayap kiri), yang mencuri perhatian dengan memberikan 2 assist guna terciptanya gol spektakuler van Persie dan gol pertama Robben, mengingatkan kita kepada sosok Ruud Krol (Belanda 1974). Ron Vlaar menunjukkan dirinya adalah penerus Frank de Boer di pertahanan Belanda, terlihat dari tackling dan kemampuan membaca permainan lawan.
Jonathan de Guzman adalah Arie Haan (Belanda 1974) versi sekarang. Memutus serangan lawan di lapangan tengah dan kemampuan membantu dalam penyerangan yang baik, namun sayang pagi tadi belum terlihat tendangan jarak jauh yang mematikan miliknya.
Arjen Robben sejak lama selalu dibandingkan dengan Marc Overmars. Kemampuan jelajah yang tinggi, teknik dan kecepatan tinggi adalah modal mereka. Bisa dimainkan di kiri, kanan maupun tengah adalah nilai plus mereka. Bedanya adalah Robben berkaki kiri sedangkan Overmars berkaki kanan.
Kami belum melihat di antara pemain Belanda yang mampu mengingatkan kita kepada seorang Johan Cruyff dan Trio Belanda (Ruud Gullit, Frank Rijkaard dan Marco van Basten) namun di pertandingan pagi tadi gol sundulan spektakuler Robin van Persie seakan mengingatkan kita akan gol indah Marco van Basten di Final Euro 1988.
Jika tahun 1988 aktornya Arnold Muhren dan Marco van Basten, pagi tadi aktornya adalah Daley Blind dan Robin van Persie. Proses lahirnya kedua gol itu sangat mirip, setelah berhasil mematahkan serangan lawan, bola dibawa ke daerah kiri, pas ketika di kiri tengah lapangan Muhren/Blind sama-sama memberikan umpan lambung. Jika Blind mengarahkan bola ke tengah dan disambut sundulan van Persie menaklukkan Iker Casillas, Muhren mengarahkan bola ke daerah kanan penyerangan dan disambut tendangan voli first time van Basten dari sudut yang sangat sempit menaklukkan Rinat Desayev (Rusia).
Demikianlah sekedar analisis dari seorang yang maniak sepakbola terhadap pertandingan Spanyol melawan Belanda yang berkesudahan 5 – 1 untuk kemenangan Belanda. Layak kita tunggu apakah Belanda akan memainkan formasi yang sama 3-4-1-2 ataukah 3-4-3 ala Ajaxnya van Gaal ataukah kembali ke pakem awal Total Football Belanda 4-3-3. Tentunya kita berharap agar Piala Dunia 2014 kali ini terus menyajikan pertandingan berkualitas seperti kualitas kedahsyatan yang ditunjukkan “der Oranje” Belanda ketika menaklukkan Spanyol atau bahkan yang lebih dahsyat.
by.
Riza Lubis