Menurut Rais Syuriyah PBNU itu pada diskusi dengan PCNU Jember pada (5/1) tersebut, sejak awal NU memang sudah mengindonesia. Hal itu bisa dilihat dari keterlibatan dalam perjungan kemerdekaan, penerimaan aaas tunggal Pancasila hingga berbagai peristiwa kebangsaan. “NU itu ciri khas Islam Ahlussunnah wal Jama’ah di Indonesia,” ujarnya.
Kiai yang ahli hadits ini menambahkan, di negara-negara lain, banyak organisasi yang amaliahnya sama dengan yang dianut NU, misalnya di Malaysia, Thailand bahkan Rusia.
Meskipun ada kesamaan dari sisi amaliah, kata dia, itu bukan NU. “Saya lihat di Rusia, cara ibadahnya orang-orang Islam sana, sama dengan NU juga. Tapi bukan NU. NU Indonesia tidak sekedar diikat oleh kesamaan amaliah tapi juga diikat oleh emosional, bahkan politik,” jelasnya.
Dewasa ini, lanjut dia, organisasi yang berlabel Ahlussunnah wal Jama’ah banyak bermunculan, termasuk di Indonesia. Namun mereka belum tentu sama dengan ajaran Ahlussunnah wal Jama’ah versi NU. Yang ada, bahkan mereka kerap mencaci maki NU.
“Ya, kalau ingin tahu persis Ahlussunnah wal Jama’ah versi NU Indonesia, ya kita wajib membaca kitab-kitab Hadratus Syaikh KH Hasyim Asy’ari. Kitab-kitab beliau juga diakui kehebatannya oleh ulama-ulama di Mekah,” ucapnya.
Diskusi tersebut dihadiri oleh sejumlah tokoh NU, diantaranya Rais Syuriah PCNU Jember, KH Muhyiddin Abdusshomad, Katib Syuriyah MN. Harisuddin, Wakil Ketua PCNU, KH Misbahus Salam. (Aryudi A. Razaq/Abdullah Alawi)