Di depan ratusan peserta halaqoh regional PWNU Jateng, Sabtu (15/11) lalu, Gus Mus menekankan pada beberapa risalah penting Mbah Hasyim yang diberi judul Nasyroh tersebut. Gus Mus mengutip Mbah Hasyim mengingatkan tujuan jam’iyah NU menegakkan agama tauhid dengan menyatukan barisan para kiai.
“Dulu, NU sangat memperhatikan persatuan sangat luar biasa. Mbah Hasyim itu mementingkan ittihad daripada kepentingan pribadi. Makanya, kalau sekarang kita tidak kompak apa yang kita lakukan,” tutur Gus Mus menjabarkan.
Pesan Mbah Hasyim lainnya, lanjut Gus Mus, NU membutuhkan orang-orang yang mau bekerja untuk jamiyahnya. Bukan bekerja meraih keuntungan dari jamiyahnya.
“Pemimpin NU harus meningkatkan perjuangannya dan semangat bekerja untuk kemaslahatan ummat. Harus bisa berani mengalah, membedakan kepentingan pribadi untuk ummat meskipun zaman sekarang sangat berat berbuat semacam itu,” tandas Gus Mus.
Rais Aam PBNU yang juga budayawan ini mengajak pengurus NU untuk membagi waktunya untuk organisasi. “Mari kita ikrarkan, waktu 24 jam ditetapkan untuk NU berapa?” tegas Gus Mus.
Di akhir pengarahannya, Gus Mus sangat mengimpikan NU betul-betul menjadi jam’iyah. Nahdlatul Ulama memiliki jumlah yang sangat besar di Indonesia. Namun,secara jamiyah tidak sebanding dari kebesaran warganya.
“Seandainya NU mampu menjadi jam’iyah yang tertata dengan baik dari atas hingga ranting, maka suatu ketika Rais Aam memberikan intruksi pasti akan dipatuhi. Misalnya, menginstruksikan warga NU. Misal meminta warga NU berhenti merokok 3 hari dan uang rokok diberikan kepada NU, pasti mereka mematuhi dan ini akan sangat besar hasilnya untuk jam’iyah,” pungkasnya. (Qomarul Adib/Anam)