Associazione Calcio Milan (AC Milan) merupakan klub sepakbola profesional dari Italia. Milan didirikan pada 16 Desember 1899 oleh imigran Inggris Alfred Edwards dan Herbert Kilpin. Sebagai penghormatan kepada mereka, klub mempertahankan ejaan Inggris dalam nama klub yaitu AC Milan (ejaan Inggris) bukan AC Milano (ejaan Italia).
Milan berhasil menjadi juara di Italia untuk pertama kalinya pada tahun 1901 yang kemudian diraih lagi pada tahun 1906 dan 1907. Pada tahun 1908, Milan mengalami perpecahan dalam klub karena perbedaan kebijakan transfer pemain sehingga muncullah klub baru Internazionale yang menginginkan kebijakan transfer pemain asing lebih bebas. Sejak saat itu Milan tidak mampu bersaing lagi di Italia hingga memasuki tahun 1950an dengan kedatangan Trio Gre-No-Li dari Swedia.
Era Trio Gre-No-Li
Gre-No-Li adalah singkatan Gren, Nordahl dan Liedholm yang merupakan tiga pemain Swedia yang membuka keran bagi kejayaan Milan di era 1950an. Mereka bertiga bergabung dengan Milan pada tahun 1949 dan Milan langsung merengkuh gelar Serie A pada tahun 1951. Kedatangan Schiaffino dari Penarol, Uruguay pada tahun 1954 menambah garang permainan Milan dan kembali menjadi juara Serie A pada tahun 1955, 1957 dan 1959.
Di kancah Eropa, Gre-No-Li hanya mampu menjadi runner-up Piala Champions pada tahun 1958 setelah takluk pada Real Madrid. Namun pada turnamen Copa Latina (cikal bakal Piala Champions), Gre-No-Li memberikan 2 titel untuk Milan di tahun 1951 dan 1956.
Gunnar Nordahl menasbihkan dirinya sebagai salah satu penyerang paling tajam di Serie A dengan 5 kali menjadi Capocannonieri (Top Skor) pada 1950, 1951, 1953, 1954 dan 1955. Nordahl juga mencatatkan 225 gol di Serie A dan menjadi ketiga tersubur sepanjang masa setelah Silvio Piola dan Francesco Totti.
Era Nereo Rocco
Pasca Gre-No-Li, Milan berhasil mendatangkan pemain muda berbakat Gianni Rivera di tahun 1960. Setahun kemudian Milan mendatangkan pelatih yang bernama Nereo Rocco yang berasal dari Trieste. Nereo Rocco berhasil meramu taktik dengan pemain-pemain seperti Rivera, Cesare Maldini (ayahnya Paolo) dan Jose Altafini.
Di musim pertamanya di Milan, Rocco memberikan Scudetto bagi Milan di tahun 1962. Rocco juga berhasil mempersembahkan Piala Champions bagi Milanisti setelah menaklukkan Benfica 2 – 1 di Stadion Wembley, London. Setelah memberikan Milanisti sebuah gelar Eropa, Rocco pindah ke Torino selama 4 tahun.
Pada tahun 1967, Rocco kembali ke Milan untuk periode keduanya. Milan langsung meraih double winner dengan menjuarai Serie A dan Piala Winners pada tahun 1968. Tak cukup hanya itu Rocco kembali berhasil meraih Piala Champions di tahun 1969 dan menjadi yang terbaik di seantero dunia dengan menjuarai Piala Interkontinental di tahun yang sama.
Rocco melengkapi tropinya dengan meraih Piala Winners 1973, Coppa Italia 1973, 1973 dan 1977 dan menutup petualangannya bersama Milan dengan tinta emas dalam sejarah kegemilangan klub. Selain Rivera, Maldini dan Altafini, Rocco juga mengorbitkan pemain seperti Cudicini, Trapattoni, Schnellinger, Hamrin dan Prati.
Silvio Berlusconi Membeli Milan
Setelah masa Rocco berakhir, Milan masih sempat meraih Scudetto di tahun 1979 di bawah pelatih Niels Liedholms dengan pemain seperti Fabio Capello, Walter Novellino dan rising star Franco Baresi. Memasuki tahun 1980an Milan sangat terpuruk dengan terjadinya pengaturan skor bersama Lazio di Serie A yang dikenal dengan skandal Totonero dan menyebabkan Milan terdegradasi ke Serie B.
Milan sempat kembali ke Serie A namun setahun kemudian kembali terjerembab ke Serie B. Setelah kembali ke Serie A pada tahun 1984, prestasi Milan pun belum kunjung membaik. Seorang pengusaha media, Silvio Berlusconi melirik potensi bisnis pada klub AC Milan apalagi Italia sudah ditunjuk untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia 1990.
Pada 20 Februari 1986, Berlusconi melalui perusahaan Fininvest berhasil mengakuisisi Milan dan resmi menjadi Presiden ke-21 Milan pada 24 Maret 1986. Kedatangan Berlusconi ke Milan ini membawa angin segar dengan ambisinya mengembalikan kejayaan Milan di Eropa dengan langsung mendatangkan Roberto Donadoni dan Danielle Massaro pada tahun 1986.
Era The Dream Team
Pada tahun 1987, Berlusconi mendatangkan pelatih Arrigo Sacchi yang belum punya banyak pengalaman dan mendatangkan pemain seperti Ruud Gullit, Marco van Basten dan Carlo Ancelotti. Frank Rijkaard melengkapi skuad Sacchi di tahun 1988 sehingga terbentuklah Trio Belanda yang sangat legendaris dalam sejarah sepakbola dunia.
Dengan komposisi kiper Giovanni Galli, kuartet bek Baresi-Tassotti-Maldini-Costacurta, gelandang Ancelotti-Rijkaard-Donadoni-Colombo dan duet penyerang Gullit-Basten menjadikan AC Milan di bawah Arrigo Sacchi dijuluki sebagai The Dream Team (julukan yang nantinya dipakai juga oleh tim basket AS di Olimpiade 1992).
Sacchi memberikan Milan 1 Scudetto, 1 Piala Super Italia, 2 Piala Champions, 2 Piala Super Eropa dan 2 Piala Toyota. Raihan ini membuktikan bahwa Berlusconi sangat tepat memilih Sacchi menjadi pelatih Milan. Kegemilangan Sacchi akhirnya membawanya ke tim nasional Italia pada tahun 1991. Fabio Capello pun siap meneruskan kejayaan Sacchi di Milan.
Capello pun langsung memberikan Scudetto di musim pertamanya pada 1992. Cedera panjang yang dialami Van Basten dan hengkangnya Gullit dan Rijkaard ternyata tak berpengaruh bagi Capello terbukti dengan Milan meraih Scudetto 1993 dan 1994. Capello bahkan memberikan Milan juara Liga Champions 1994 setelah meluluhlantakkan Barcelona di final dengan pemain-pemain seperti Savicevic, Desailly, Boban dan Papin.
Cedera Van Basten akhirnya berujung pada gantung sepatu di tahun 1995. Para punggawa Milan mempersembahkan gelar Scudetto 1996 untuk sang maestro Marco Van Basten. Di samping 4 Scudetto yang diberikan Capello untuk Milan, Capello juga berhasil memberikan 1 Piala Champions, 1 Piala Super Eropa dan 3 Piala Super Italia untuk fans Milan.
Setelah Capello pergi dari Milan ke Real Madrid di tahun 1996 dan Franco Baresi pensiun di tahun 1997, Milan mengalami masa penurunan prestasi sampai dengan datangnya seorang pelatih yang merupakan alumni The Dream Team, Carlo Ancelotti.
Era Carlo Ancelotti
Setelah Scudetto 1996 diraih, Milan mengalami penurunan prestasi dan hanya meraih 1 Scudetto di tahun 1999 di bawah pelatih Alberto Zaccheroni. Hal ini membuat publik Milan berharap lebih besar apalagi dengan kedatangan Andriy Shevchenko, Serginho dan Gattuso. Namun harapan tersebut tak kunjung datang, Zaccheroni dipecat dan digantikan Fatih Terim.
Fatih Terim pun akhirnya dipecat karena tidak mampu mengangkat Milan padahal pemain seperti Rui Costa, Andrea Pirlo dan Filippo Inzaghi sudah didatangkan. Di situasi inilah Carlo Ancelotti datang menjadi pelatih Milan.
Di awal kepelatihan Ancelotti di Milan, Berlusconi sering mengkritik Ancelotti karena sering bermain terlalu defensif. Kedatangan Nesta, Seedorf dan Rivaldo pada 2002 memberikan Ancelotti opsi bermain yang lebih kreatif. Tropi Liga Champions pun berhasil diraih pada 2003 setelah menaklukkan Juventus di final dan berselang sepekan kemudian Ancelotti memberikan Copa Italia 2003 bagi Milan.
Keraguan atas Ancelotti pun akhirnya buyar setelah gelar Milan dilengkapi dengan diraihnya Piala Super Eropa 2003, Scudetto 2004 dan Piala Super Italia 2004. Kedatangan Kaka, Cafu, Stam, Pancaro, Gilardino dan Jankulovski menjadikan tim Ancelotti disebut-sebut sebagai The Dream Team jilid II.
Kagagalan Milan di final Liga Champions 2005 dan kasus Calciopoli 2006 hampir membuat Milan jatuh. Beruntung Milan hanya kena pengurangan poin dan masih berhak tampil di Liga Champions 2006-2007. Ternyata kasus Calciopoli tidak berdampak parah bagi Milan. Setelah 5 punggawanya berhasil membawa Italia menjuarai Piala Dunia 2006, Milan pun berhasil menjadi juara Liga Champions 2007 untuk ketujuh kalinya
Ancelotti melengkapi koleksi tropinya bersama Milan dengan meraih Piala Super Eropa 2007 dan menjadi juara FIFA Club World Cup 2007. Setelah itu Ancelotti tidak meraih titel lagi bersama Milan sampai akhir kontraknya di tahun 2009.
Milan di Masa Sekarang
Kepergian Ancelotti dari Milan juga disertai pensiunnya sang legenda Paolo Maldini setelah 25 musim membela Milan dan kaos nomor 3 miliknya pun dipensiunkan seperti Baresi. Pasca 2009 ini, Milan hanya mampu meraih 1 Scudetto dan 1 Piala Super Italia di tahun 2011 di bawah pelatih Massimiliano Allegri.
Saat ini Milan ditangani oleh Filippo Inzaghi. Di awal musim Inzaghi sempat memberikan hawa segar bagi Milan, namun ketidak konsistenan permainan Milan akhinya saat ini Milan hanya berada di papan tengah Serie A Liga Italia.
Para pecinta Milan yang tergabung dalam Milanisti tentunya sangat mengharapkan kebangkitan AC Milan yang merupakan klub pertama yang mendapat julukan The Dream Team (Tim Impian). Dengan segala pasang surut yang dialami Milan tentunya tidak salah jika tulisan ini diberi judul AC Milan : Tim Impian Sejati.
by.
Riza Lubis
1 COMMENT
betul, setuju sekali